"I'm Independent" That's the way I think.

"Who wants to be alone in the middle of ocean? With all its crazy tides. With a sudden lightning, storm, hurricane. With all creatures which are ready to frighten you. All the time. You have to be prepared."

"Who wants to walk with no friends in the rainy-gloomy night, passing through the huge-dark forest? With all its angry creatures. With no lights. With its miserable branches which are ready to stop your step, anytime. You have to be prepared."


"Who wants to live with no parents in a mysterious cage? With all its howling wolves. With all its sneaky snakes. With all its unexpected weather. With all its poisonous plants which are ready to kill you, everywhere. In every unknown time. You have to be prepared."

Nobody wants. But you will face any of those conditions, someday. It will be a big surprise for you, and your life turns upside down. If you are not ready.



I know life is cruel, so here I am, standing independently, face all the sudden surprises in my life, alone. I struggle to handle them with my own hand, first. Second, I try. If I failed? I try more. If I'm dying? I try more and more. If I'm almost die? Back to the human's very nature: socialize. So I will ask for anyone's help, and that's how it work.



Aku, yang lebih dikenal dengan nama Clara, bukanlah seseorang yang bisa mendapatkan semua hal yang aku impikan. Aku harus berusaha keras untuk bisa mendapatkan sesuatu. Setidaknya itulah yang selalu diajarkan oleh Kakekku (karena aku hidup bersama beliau) sedari aku kecil. If there is a will, there is a way. Tapi, jalan tidak akan serta-merta terbuka jika kita tidak berusaha. Pathetic? No. Life is not that practical.



Kakekku orang yang keras, dan akupun menjadi kuat hari demi hari. Beliau memang tegas, kelewat tegasnya sampai aku pernah ingin bebas dari beliau. Aku ingin merasakan bagaimana hidup menyenangkan berlimpah kasih sayang dari kedua orang tua yang serba ada. Bebas menentukan pilihan, bebas memilih siapa yang akan menjadi temanku, bebas memakai apapun yang aku mau, bebas mengeluarkan pendapatku, bebas menentukan apapun dalam hidupku. Intinya aku dulu ingin bebas dan bahagia. Tetapi itu semua berujung pada satu akar yang membusukkan hati secara perlahan: keegoisan. Praktisnya, saat kita ingin bebas, yang kita inginkan sebenarnya hanyalah untuk didengar. Dan saat orang lain mampu mendengarkan kita, mereka akan memberi apa yang kita inginkan, dan perlahan kita akan lupa bagaimana mendengarkan orang lain. Kita lupa akan kebebasan orang lain. Kita terlalu asyik bermain dengan kebebasan yang sebentar lagi akan kita genggam sepenuhnya.

Lalu aku menjadi kuat, karena mataku dibelalakkan pada satu kenyataan yang membuatku semakin tidak bebas bergerak. Kenyataan kedua orang tuaku berpisah membuatku semakin merasa terpuruk. Aku tidak pernah tinggal bersama mereka, dan saat aku berusaha untuk dapat hidup bahagia bersama mereka, hidup menjawabnya. Membalikkan semua harapan yang sejak dulu aku tata rapi dalam sebuah boks bernama harapan dalam hatiku. Aku marah.

Lalu aku benar-benar menjadi kuat. Saat apapun yang terjadi dalam hidupku dapat kulewati dengan hati yang tegar.
Saat seseorang akan membohongiku, aku akan sangat cepat menangkap sinyalnya, lalu ku teriakkan dalam hati: "Jangan percaya!"
Saat sesama saudara ingin saling menghabisi, aku akan refleks berkata: "Habisi saja, lalu kau tak akan pernah menemukan jalan kembali pulang"
Saat permasalahan demi permasalahan muncul, aku akan menegur mereka dengan: "Mau bermain denganku? Lihat seberapa lama kamu akan bertahan."
Dan begitulah, aku menjadi kuat, dan keras. And things go easier. Semua hal dapat bersahabat denganku. Meskipun beberapa harus dijinakkan terlebih dahulu. Dan itulah yang kunamakan kebebasan, aku dapat bebas dari hal-hal yang akan mematikanku, dan tetap dapat berusaha menghidupi diriku sendiri. Bukannya bebas melakukan apa yang kita inginkan, tapi bebas menaklukan apa yang ingin hidup lakukan kepadaku. Aku masih ingin hidup.

Aku melakukan semua sendiri. Mulai memilih dimana tempatku mengenyam pendidikan, sampai mendaftarkan diriku. Saat Mama menawarkan diri untuk membantuku, kuucapkan dengan tegas bahwa aku dapat melakukannya sendiri. Aku tahu, aku tidak memiliki uang untuk dapat melanjutkan kuliah. Lalu datang kesempatan mendaftar sebagai calon penerima beasiswa paling bergengsi yang datang dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. And fortunately, I'm in. Dapat mengenyam bangku kuliah dengan biaya Rp 0,00 adalah kebahagiaan. Awalnya, keluarga tidak tahu dan tidak ingin membiarkanku mendaftar menjadi calon penerima beasiswa. Karena ada sanak saudara yang bersedia tulus membantuku. Bukannya aku tidak ingin, hanya saja, membiayaiku sampai lulus dengan biaya yang cukup mahal sementara mereka memiliki anak-anak yang sedang berkembang akan semakin merepotkan mereka. Dan apa yang kudapat saat ini, aku syukuri. Jalani saja.

Aku hanya punya satu tujuan hidup: bermakna bagi orang lain. Itulah mengapa aku memilih berkuliah di tempat yang akan mempersiapkanku menjadi guru. Di tempatku kuliah, tidak ada teman yang datang dari sekolah yang sama. Awalnya aku sendiri, menjalani hari-hariku sendiri. Sudah biasa. But because I am free like a bird, aku mulai mendapatkan sekawanan burung. Sekelompok teman. Dan mulai meluas. Dan aku pun dapat lebih melebarkan sayapku. Dan inilah jalanku sekarang, yang akan membawaku menjadi berguna bagi orang lain.

Lalu bermakna bagi orang lain termasuk juga membina sebuah keluarga yang harmonis, yang tidak pernah aku dapat dari kedua orang tuaku. Dan dengan begitu, aku berusaha keras menafkahi semua hal dalam hidupku, sendiri. Sejak SMA aku mulai berjualan. Mulai dari kosmetik, pakaian, makanan, semua kulakoni, untuk menafkahi diriku sendiri. Karena memang tidak ada seorang pun yang bisa dengan bebas kumintai ini itu. Aku selalu berpikir: "I'm independent." Panggil aku Nona Mandiri karena aku terbiasa melakukan semua sendiri, menghidupi diriku sendiri. Dan ketika aku dapat menafkahi diriku sendiri, aku percaya aku akan dapat menghidupi banyak orang. Dari tanganku sendiri aku percaya keluarga yang harmonis akan kudapatkan, akan kuhidupi keluargaku dengan layak. Something big begins from a small-single step. Ketika aku dapat menghidupi keluargaku sendiri, aku percaya akan semakin banyak orang yang dapat kuhidupi.

Aku memang independent, tapi aku tidak dapat mandiri tanpa orang lain. Karena mereka berjasa memberiku pengetahuan yang tidak akan pernah kita dapat melalui sekolah: seni kehidupan. Dan akan kukembalikan juga untuk banyak orang suatu hari nanti.

Being our own selves is important. And you have to be prepared, to pass this life's surprises.
And because it's me, yang tenang dan mandiri, aku mempersiapkan diriku untuk dapat bermakna bagi orang lain.


Dan untuk memulai semua yang akan kukerjakan demi memperkuat hidupku, I choose Sony Vaio E14P as my partner. Minty tints, white-covered body, that's what I called 'calmness in an unexpected world'. It's like you chew a candy and you find a sudden surprise! Unpredictable. Just like life. It strong and plain outside, but it has a lot of surprises. And that's the world I'm gonna live in. Independently, because I have prepared.

I already have wing, but I need another one to be a couple. So, Sony VAIO E14P, would you be my another wing? So that I could fly further, freely.


Go independent,



Share this:

,

CONVERSATION

3 komentar :