Truly having a 'Random Heart'


I've passed the National Examination well, but still don't know about the score. But my friend tell me that I'm implied in big 20 of National Examination Score for Social Class in my school, whether my rank in 8th or 10th, I still don't know...

Awalnya aku merasa down banget, karena targetku ada di peringkat 3 besar kabupaten, but actually, aku ngga dapet peringkat di kabupaten, dan gagal dapet beasiswa. Emosiku bener-bener memuncak saat tahu temen-temenku yang suka bolos, kurang dalam hal kemampuan akademis, bisa dapet peringkat dan nilai yang 'melayang-layang'! Sumpah aku iriiiii! Aku marah, marah karena keadaan, juga marah karena aku ga bisa lebih baik dari mereka.

But soon, my bf told me:
"Hey, ini UNAS sayang, kemampuan tiap individu ngga bakal bisa diukur di sini, UNAS itu manipulatif, pembuktiannya itu pada saat SNMPTN atau dimana kamu bakal kuliah, itu baru bener-bener persaingan" he smiled.

Dan aku jadi lebih tenang walaupun iya, aku akui, aku masih sangat kecewa dan perasaanku kacau. Tapi Nala, keluarga, dan juga temen-temenku memberiku banyak pelajaran hari ini:
1. Kita harus lebih lebih dan lebih sering bersyukur atas apapun yang kita alami.
2. Ikhlas itu susah banget, tapi kita harus jadi orang yang ikhlas, entah gimana caranya, karena ikhlas bikin tenteram hati, dan jadi damai banget rasanya.

Jadi, aku bersyukur udah diberi kesempatan dapet peringkat di sekolah, karena toh banyak anak yang pinter tapi ga dapet peringkat (tapi bukan berarti aku bodoh lho), dan aku juga bersyukur, bersyukur atas apapun yang aku alami saat ini karena banyak banget hal yang menjadikan aku semakin dewasa dengan kejadian ini.
So, yes, I'm having a random heart but...for having a kind -only kind- heart is much more better than having the random one.


Senyum, dan tetap semangat,



Share this:

,

CONVERSATION

0 komentar :

Posting Komentar